Tuesday, November 24, 2015

Road to Karawang

Dari Jakarta

Hari ini, tak seperti biasanya aku bangun lebih awal karena harus sudah di Tempo Scan Tower (TST) jam 6.30 pagi. Segera, setelah sarapan cookies yang ku beli dari Ulekan Watu hari Jumat kemarin, aku langsung menuju ke halte Duren Tiga. Tidak harus menunggu lama, bus yang mengantarku ke Halte Kuningan Timur pun tiba dan meluncur tanpa kemacetan berarti.

Sesampainya di TST, pintu samping yang biasa aku lalui masih terkunci, aku harus melalui pintu utama untuk masuk gedung. Starbucks area lobby pun masih menyiapkan diri dan belum siap terima order-an. Aku pun memutuskan untuk naik ke lantai 21, lantai di mana kantorku berada.

Di sana aku bertemu dengan Pak Agus dan Mbak Fatima yang juga akan ke Karawang bersamaku nanti. Setelah menyiapkan dokumen-dokumen, segera kami turun ke lobby lagi untuk menemui Bu Evi, konsultan kami untuk Focused Group Discussion (FGD). Kemudian kami segera naik mobil yang disupiri oleh Pak Rikun.

Kami segera melajukan mobil ke Stasiun Cawang untuk menjemput Mbak Siska dari RTI. Kemudian menjemput Bu Nurul di Rest Area KM. 19 di Bekasi. Genap sudah berenam plus Pak Rikun menuju ke Karawang.

Di Karawang

Sekitar pukul 8.30 kami sudah memasuki Karawang dan langsung menuju ke RSUD Karawang. Diskusi pagi dan siang ini dilakukan di salah satu ruang di RS ini. Sambil menunggu peserta FGD datang, kami berbincang-bincang beberapa hal ringan. Tak terasa sudah pukul 10 lewat, dan pesertanya masih belum lengkap 8 orang. Setelah dikonfirmasi, ternyata hanya 4 orang peserta yang positif bisa ikut FGD ini. Diskusi pun dimulai.

FGD ini dilakukan 2 kali. Pertama dengan anggota Forum Masyarakat Madani (FMM) dan yang kedua dengan Pokja. FGD dengan pokja yang hadir 6 orang, dari Dinkes, Bappeda, RSUD, PMI dan IBI. FGD ini adalah salah satu cara untuk mencari informasi tentang program yang sudah berlangsung. Apa yang sudah berjalan dan apa yang menjadi tantangan di masa depan.

Perjalanan Pulang

Sekitar pukul 15.30 kami pun kembali ke Jakarta. Dalam perjalanan, kami ngobrol banyak hal. Mulai dari Purwokerto, Kemranjen, hingga Masjid Tiban dengan segala mistisnya. Karena penasaran aku pun browsing tentang gambar dan cerita Masjid Tiban ini.

Masjid Tiban terletak di Turen, Jawa Timur. Menurut artikel yang aku baca, penduduk sekitar percaya bahwa 'masjid' itu dibangun oleh jin karena pada masa pembangunan tidak pernah ada kendaraan besar seperti crane atau molen, padahal bangunan itu mempunyai 10 lantai. Dan pada saat dibuka, penduduk heran bagaimana mungkin ada bangunan setinggi itu tapi tanpa diketahui proses pembangunannya. Hal ini cukup membuat penasaran. Kalau ke Turen, harus disempatkan melihat langsung nih.

Namun pembicaraan menjadi tidak nyaman, karena aku harus menahan kencing. Cukup lama, maka aku hanya bisa mengurangi gerakan dan bicara. Hingga akhirnya di daerah UKI, ada pool taksi, dan aku pun mampir ke toiletnya. Ah... lega!

Teman-teman yang lain sudah turun sesuai dengan tempat terdekat untuk mengakses moda transportasi yang mengantarkan mereka ke rumah mereka masing-masing. Aku tetap menemani Pak Rikun hingga TST. Sampai TST hari sudah mulai gelap. Segera aku berpamitan dan menuju halte Kuningan Timur.

Tak harus lama menunggu bus, akhirnya datang juga. Sekitar 15 menit setelah itu, aku sudah sampai di halte Duren Tiga. Segera aku menuju kosku untuk melanjutkan rencana lainnya.