Sunday, January 11, 2009

A Journey to Curug Cipendok







-->
Akhir bulan Desember 2008 cukup membuatku sibuk dengan laporan proyek yang harus aku selesaikan. Pikiranku benar – benar terkuras untuk memikirkannya. Saat Hari Minggu tiba, aku pun melakukan hal yang sudah agak lama tidak aku kerjakan. Ke tempat cucian motor. Motorku sudah begitu kotornya.

Sambil menunggu motorku yang sedang dicuci, aku mengirim sms ke Jojo. Aku ingin main ke tempatnya. Namun dia juga ternyata sedang bosan, malah dia ingin main ke rumahku. Akhirnya kita memutuskan untuk main ke rumah Dista. Segera saja aku menelpon Dista, dan bilang kalau aku dan Jojo akan bertamu ke rumahnya. Dan Dista pun menyatakan persetujuannya. Kami janjian jam 10 siang itu di rumah Dista.

Motorku sudah selesai dicuci. Sudah kelihatan jauh lebih bersih dari sebelumnya. Waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi. Dan aku pun melajukan motorku yang baru dicuci itu untuk berkeliling. Melewati kampusku, yang aku baru sadar pada hari itu masih ada rangkaian acara Reuni Akbar. Hm, aku tidak ikut acara reuni itu. Aku hanya tersenyum memandang kampus. Tak jauh setelah melewati kampusku, tak sengaja aku melihat Jojo memacu motornya berlawanan arah denganku. Segera aku berbalik arah dan mengejarnya.

Aku berhasil menyusulnya. Untuk menunggu jam 10 kami pun melajukan motor bersama keliling kota, Jojo mencari peralatan buat motornya, namun kami belum mendapatkannya setelah mampir ke beberapa bengkel dan toko. Aku juga mencari stiker untuk helm baruku namun rupanya penjual – penjual stiker di pinggir jalan itu belum juga berjualan. Akhirnya, kami memutuskan ke rumah Dista. Waktu sudah mendekati jam 10.

Rumah Dista tidak begitu jauh dari rumahku. Rupanya Dista belum sampai rumah. Dia tadi juga sedang mencuci motornya dan sepertinya dia masih jalan – jalan dengan sepupunya. Aku dan Jojo menunggu beberapa waktu sambil mengobrol di depan rumah. Aku cukup kenal dengan keluarganya Dista, jadi sudah tidak canggung di sana.

Kulihat di rumahnya sedang ada beberapa orang kerabat. Katanya sih dari Surabaya. Ibunya Dista sedang bersiap – siap, dengan mengenakan kebaya, yang kukira sedang fitting untuk pernikahan Inez (adik Dista yang pertama) tapi ternyata beliau mau mendatangi hajatan alias kondangan.

Akhirnya Dista muncul juga. Kami pun menuju ke ruang belakang, dekat dapur. Di sana ada sebuah lemari yang memampang foto Dista dan Inez. Aku dan Jojo agak bertanya – tanya, karena Dista di foto itu keliatan begitu . . . cantik. Beda banget dengan Dista sekarang. Kami berdua menanyakan hal itu. Sempat terlontar juga, jangan – jangan itu hanya foto rekayasa saja. Dan kami pun tertawa.

Di bawah tangga sudah terhampar buah durian. Hm, aku tidak doyan durian. Jadi aku tidak ikut pesta duriannya. Untung ada brownies dan oleh – oleh dari Bali. Havis (adik Dista yang kedua) beberapa hari sebelumnya pergi ke Bali. Jojo, Dista, Inez dan sepupunya menikmati durian itu. Sambil ngobrol sambil makan juga.

Obrolan kami pun mengarah pada satu topik. Jalan – jalan. Dista ingin pergi ke pantai. Lalu dia juga melontarkan keinginan untuk ke Pancuran Tujuh di Baturaden. Aku dan Jojo berpikir tentang tawaran itu. Lalu terbesit oleh Dista untuk pergi ke Curug Cipendok di Cilongok. Akhirnya aku dan Jojo pun setuju.

Untungnya aku membawa peralatan perjalanan jauhku, sarung tangan dan slayer buat penutup muka. Setelah beberapa menit bersiap – siap, kami (Aku, Jojo, Dista dan Inez) pun melajukan motor ke Curug Cipendok. Perjalanan ke sana sekitar 30 menit.

Aku memboncengkan Inez dan Jojo bersama Dista. Jalan masuk dari jalan rayanya cukup sepi, karena hanya jalan kecil saja. Jalannya cukup menanjak. Biasanya aku kewalahan di rute yang menanjak, tapi kali itu aku bisa mengatasinya. Sayangnya, Jojo dan Dista, tertinggal agak jauh, karena motornya mogok. Aku dan Inez sempat menunggu beberapa saat.

Daerah sekitar tempat kami menunggu masih segar, persawahan yang hijau dengan udaranya yang segar. Kulihat banyak orang yang juga menuju ke Curug Cipendok. Karena saat itu, Hari Minggu dan Libur Akhir Tahun jadi lumayan banyak yang datang ke objek wisata.

Samar – samar aku ingat sekitar tahun 2000 tepatnya satu hari sebelum lebaran, aku dan keluargaku sempat mampir ke Curug Cipendok. Saat itu keadaannya masih belum begitu terawat. Tidak ada penjual tiket masuk juga tidak ada orang yang berjualan. Jalannya pun masih ada yang belum diaspal.

Tak lama kemudian, Jojo dan Dista pun muncul. Kami pun melanjutkan perjalanan. Beberapa menit kemudian sampailah kami di tempat tujuan. Kami memarkirkan motor di area yang ada. Benar saja, kini kondisinya sudah lebih baik. Sudah ada penjual tiket masuknya, ada tukang parkirnya, ada penjual makanannya, dan ada kamar kecilnya.

Dari area parkir, kami masih harus berjalan lagi, naik turun. Pohon – pohon masih rapat dengan beraneka ragam tumbuhan dan lumutnya. Dan akhirnya kita bisa melihat Curug Cipendok. Air Terjun yang cukup besar dan tinggi. Kami mengambil gambarnya dengan kamera digital yang dibawa oleh Dista dan juga kamera dari HP-ku.

Kami memutuskan agak mendekati air terjun itu dan mengambil gambarnya. Tapi kami tidak benar – benar mendekat, karena kami tidak membawa pakaian ganti, pastinya bila mendekatinya baju kami akan menjadi basah oleh air terjun yang terbawa angin.

Kami memutuskan untuk turun ke sungai untuk merasakan dinginnya air di sana. Dengan sedikit susah payah, kami menuruninya. Ternyat objek wisata ini juga menjadi incaran pasangan muda – mudi untuk memadu asmara. Dan beberapa pasangan sepertinya agak terganggu dengan kedatangan kami yang hanya bermain – main dan berfoto – foto di sana. Iseng saja kami juga mendekati tempat – tempat yang sedang dijadikan tempat pacaran oleh beberapa pasangan muda – mudi lainnya.

Setelah puas bermain – main, kami memutuskan untuk kembali. Sebelum sampai area parkir, kami sempatkan untuk beribadah dulu. Dan kami kembali melajukan motor ke Purwokerto. Kali ini kami menuju ke Tantene, rumah makan yang menunya ayam bakar dan goreng di dekat UNWIKU.

Kami pesan Ayam goreng dan es teler. Di sana sambil menunggu makanan yang sudah dipesan, kami main kartu Uno yang sudah cukup sering kami mainkan. Senang. Itu perasaanku. Setelah penat beberapa hari sebelumnya, syukurlah ada kesempatan bersama teman – teman mengujungi objek wisata alam yang cukup menghibur dan menyegarkan.

Aku dan Jojo berpamitan pulang setelah mengantarkan Dista dan Inez ke rumahnya. Perjalanan ini, menjadi perjalanan penutup di tahun 2008. Semoga di tahun 2009, akan banyak perjalananku yang lebih indah dengan semangat yang lebih kuat.


10 Januari 2009

5 comments:

playboyganteng said...

whehehe
hi mr.. dah ku baca dan kutelaah tulisanmu...
bahasa yang lugas dan baku..cukup menarik untuk dinikmati hee..
fotoku...fotoku..nampang disitu.hehehe tx

siwi mars said...

wah dirimu gak foyan duren..rugi..rugi!!!
kalo aku penggemar duren..duda keren ehehe..
wah asyik ling curug cipendok. pengen ke sana kapan2:)

Unknown said...

curang nemen! nglayap ora ngejak-ngejak! piben? piben? owabong maning apa? hehe

: dessa : said...

wueh monyong,
aq kan memang cantik.. Emang aq yg sekarang knp? Tambah jd cantik sekali ya? Hohoho

titin_septiana said...

nice blog,...
sayangnya kok baru satu tulisannya yaaa,...
n tulisannya perlu diperkaya lagi deh ling,...
saling koreksi yaa, biar tulisan kita semakin oke,...